Kamis, 17 Juni 2010

Siapakah Kita?




Manusia menempati kedudukan yang sangat istimewa di muka bumi ini. Mereka digolongkan sebagai spesies paling cerdas – yang disebut homo sapiens – dibandingkan dengan spesies-spesies lain. Kurang lebih 2000 tahun sebelum masehi, manusia telah menunjukkan kelebihannya dengan meninggalkan kebudayaan tinggi yang masih ada sampai sekarang yaitu Piramida di Mesir. Setelah tahun tersebut, kebudayaan dan teknologi manusia terus berkembang semakin canggih di seluruh Bumi sampai pada awal abad XXI – hanya memerlukan waktu 4000 tahun – dan hasilnya adalah seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Semenjak ditemukan mikroskop elektron, manusia juga mulai tertarik mempelajari materi berukuran mikro, sampai pada akhirnya mengetahui bahwa Deoxyribo Nucleat Acid – DNA – lah yang membuatnya memiliki berbagai kelebihan. Walaupun semua makluk hidup memiliki DNA, tetapi karena susunan DNA dan jumlah kromosom tiap sel pada makluk hidup adalah berbeda-beda, maka hal itu dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan masing-masing spesies makluk hidup (selain itu, tentu saja ukuran otak besar perkilogram berat badan juga sangat berpengaruh). Penelitian manusia tentang DNA ini telah melahirkan teknologi baru yaitu kultur jaringan yang juga sering disebut kloning. Sejak melakukan pemetaan DNA, manusia sekarang ini telah berhasil membuat kloning pada beberapa jenis mamalia dan mungkin akan terus diperluas ke spesies-spesies yang lain.

Menurut uraian di atas, jelas sekali bahwa manusia dapat dikatakan sebagai “penguasa Bumi”. Akan tetapi, bila kita mengubah sudut pandang kita – bukan Bumi yang dipakai sebagai acuan – dan memakai wilayah Tata Surya Matahari sebagai obyeknya, planet Bumi kita ini hanyalah sebuah titik pada lembaran Tata Surya. Bandingkan saja diameter katulistiwa bumi yang sekitar 12.700 kilometer, dengan jarakMatahari ke planet terjauh – Pluto – yaitu sekitar 5.954 juta kilometer, atau sekitar satu berbanding 468.818,9. Belum lagi kalau dibandingkan dengan jangkauan gravitasiMatahari yang jaraknya sampai seribu kali jarak Matahari-Pluto !. Apabila kita memperluas lagi sudut pandang kita dan memakai acuan Galaksi Bima Sakti, ataupun memakai acuan Alam Semesta – dimana, berjuta-juta galaksi yang teramati dengan teleskop Bumi terdapat di dalamnya dan kalau dapat di anggap sebagai sebuah kubus memiliki panjang rusuk 1, 472 x 1018 km – Bumi akan mendapati posisinya sebagai bintik debu di dalam hamparan gurun yang Maha Luas.

Kemudian sering muncul pertanyaan di benak kita, siapakah kita ini? Dimanakah kita ini sebenarnya? Apa yang sedang kita lakukan di Bumi ini? Apakah ada “Bumi” lain di Antariksa? Dan lain-lain pertanyaan yang menanyakan keberadaan manusia. Dengan tetap menjunjung tinggi norma agama, manusia mencoba mencari jawaban tentang bagaimana awal terbentuknya dunia dan bagaimana berakhirnya dunia. Berdasarkan penelitian para ahli BioGeologi, Bumi kita ini sudah berumur 5 milyar tahun. Kehidupan pertama muncul kurang lebih 500 juta tahun yang lalu di dalam samudera Bumi (yang disebut Sop Purba). 100 juta tahun yang lalu telah ada bukti bentuk kehidupan berupa organisme jenis reptilia yang sempat merajai Bumi – yaitu Dinosaurus – dan baru pada 2 juta tahun yang lalu, setelah mengalami berbagai macam proses Evolusi, muncul manusia purba yang hampir mirip bentuknya dengan manusia sekarang.

Alam semesta sendiri timbul karena sebelum adanya galaksi-galaksi dan bintang-bintang seperti Matahari, telah terjadi serentetan ledakan super hebat yang disebut dengan teori Big Bang dan akhirnya menciptakan ruangan-ruangan di Alam Semesta. Kemudian awan-awan panas Nebula yang ada di Alam Semesta mulai mendingin dan membentuk berjuta-juta galaksi. Berdasarkan perkiraan para ahli Fisika-Kimia, bila proses nuklir diMatahari berlangsung normal seperti sekarang ini, maka umur Matahari masih tersisa selama 10 milyar tahun. Selama masa itu, iklim di Bumi akan tetap nyaman seperti sekarang ini, sampai akhirnya Matahari menggembung dengan diameter melebihi jarak Matahari-Jupiter dan kemudian mengerut kembali. Akhirnya, 10 milyar tahun setelah penggembungan, matahari berangsur-angsur mengecil dan lenyap dari pandangan mata.

Akan tetapi, sebenarnya jawaban dari Para Ahli di atas masih merupakan tanda tanya dan mkin menambah rumitnya pemikiran manusia sendiri, karena melahirkan berbagai macam pertanyaan yang baru. Semenjak Fisikawan Albert Einstein pada awal abad XX menerbitkan teori Kenisbian (Relativitas) – yang sudah dapat dibuktikan di laboratorium atom – manusia mulai memiliki imajinasi tentang ruang bermatra jamak, peristiwa penyusutan waktu, pertambahan massa maupun perbedaan selisih kecepatan yang disebabkan bila sebuah benda melaju mendekati kecepatan cahaya (sekitar 2,998 x 108 m/s).

Keadaan Bumi yang menurut Agama merupakan akhir perkembangan dan diharapkan tidak berubah – mohon maaf kalau pendapat penulis ini salah – sekarang ini oleh banyak umat manusia malah dianggap sebagai awal revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Manusia akan selalu berusaha untuk mengubah Bumi-nya agar lebih dapat menyejahterakan kehidupan. Walaupun sudah 4000 tahun – semenjak dibangunnya Piramida – Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya, tetapi manusia masih belum dapat menemukan jawaban yang pasti tentang posisinya di Alam Semesta. Sebagai gambaran, berikut ini adalah kutipan dari sumber pustaka yang dipakai;

“…. Untuk itu kita tidak dapat memberikan jawaban pasti, melainkan sekedar perkiraan yang dapat diterima, termasuk kemungkinan-kemungkinan berikut:

(1) Kita merupakan satu-satunya makluk cerdas di Alam Semesta (Suatu konsep yang mustahil, merendahkan dan tidak tanggung-tanggung congkaknya).

(2) Kita ini tidak begitu cerdas sehingga tidak satu maklukpun menaruh minat untuk mengunjungi kita (Sama merendahkannya, tetapi lebih besar kebolehjadiannya).

(3) “Mereka” telah mencoba atau sedang mencoba berkomunikasi dengan kita, tetapi kita saja yang tidak menerima berita itu.

(4) “Mereka”, semata-mata sedang memperhatikan kita, sebagaimana seorang ahli antropologi, atau mungkin sebagaimana seorang “ilmuwan” yang mengintip melalui mikroskopnya untuk memeriksa dan mempelajari suatu kultur bakteri.

(5) Perjalanan antar bintang itu mustahil, oleh sebab teknis yang tidak diketahui.

(6) Perjalanan antar bintang itu mungkin, tetapi karena jumlah planet di Alam Semesta begitu besar bagaikan banyaknya butir pasir di semua permukaan Bumi, kita hanya boleh mengharapkan datangnya tamu sekali setiap beberapa juta tahun….”

Dengan melihat bahwa umur Bumi masih tersisa 10 milyar tahun – bandingkan dengan sejak diawalinya zaman sejarah 4000 tahun yang lalu – mungkin usaha manusia untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berhasil. Kita semua hanya dapat berusaha semampu kita dan berdoa semoga generasi-generasi penerus kita dapat menemukan jawabannya, Amin.

sumber

Tidak ada komentar: